Wednesday, January 5, 2011

[HS 1] National Culture Preservation

Garuda is Indonesia
This is my critical essay for my HS 1 class. I hope you enjoy read it. Please give your comment about my essay. :)
Thank you.
Menambah Perisai Budaya Untuk Globalisasi Hallyu
Saat ini memang tengah berlangsung Gelombang Korea (Korean Wave) atau sering disebut Hallyu. Hallyu mengacu pada popularitas budaya pop Korea Selatan yang meningkat secara signifikan di seluruh dunia. Demam Hallyu tidak hanya menyerang berbagai belahan dunia, budaya yang berasal dari negeri ginseng ini pun mulai menyebar memasuki wilayah Indonesia. Penyebaran Hallyu yang sejatinya berisi tradisi dan budaya pop Korea Selatan ini tentu akan berdampak pada budaya Indonesia. Dengan demikian menyebar luasnya pengaruh budaya Hallyu, akan memainkan peranan penting dalam meningkatkan jati diri bangsa Korea. Budaya Hallyu dapat tetap diterima di tengah-tengah budaya kita. Banyak hal-hal baik yang dapat diambil dari pengaruh tradisi budaya Hallyu ini untuk memelihara, melindungi, menjaga serta meningkatkan jati diri bangsa Indonesia melalui kekayaan budaya yang kita miliki.

Fenomena Hallyu berawal dari cepatnya penyebaran pengaruh budaya pop Korea (Korea dalam konteks esai ini adalah Korea Selatan), yang terbentuk dari gaya kehidupan bangsa Korea secara umum. Penyebaran Hallyu saat ini telah menjadi fenomena global dimana Hallyu telah menjadi suatu tren atau kecenderungan di berbagai Negara di dunia. Hallyu telah membawa dampak globalisasi yang melanda Jepang dan Negara-negara lainnya seperti Cina, Hongkong, Taiwan, Thailand, dan Vietnam, bahkan sejumlah Negara Amerika Latin dan Indonesia pun demikian. Masyarakat di negara-negara tersebut tergila-gila pada program televisi Korea, musik, film, program permainan komputer atau computer game, pakaian dan berbagai komoditi buatan Korea, termasuk kebutuhan sehari-hari. Menurut Michael D. Shin, profesor Modern Sastra dan Sejarah Korea di Cornell, Hallyu ini sangat didorong oleh industri hiburan Korea. Di Indonesia sendiri, booming tren dan kecenderungan akan industri hiburan Korea yang mewakili budaya pop Korea diperkirakan mulai lima tahun belakangan. Pemantiknya adalah serial drama Korea yang ditayangkan stasiun televisi swasta pada pertengahan tahun 2002. Drama televisi inilah termasuk awal pemicu globalisasi Hallyu di Indonesia, baru setelah itu penggemar Korea bergerak menyukai musik dan penyanyi Korea yang saat ini lebih banyak diminati daripada drama televisi.
Remaja putri adalah kelompok yang paling banyak menggandrungi industri hiburan Hallyu. Alasannya beragam, terutama penampilan fisik aktor dan aktris serta penyanyi Korea yang manis, putih, cute, dan tinggi. Persepsi inilah yang memicu globalisasi Hallyu di Indonesia semakin menyebar luas terutama melalui media social networking seperti Facebook. Jean Baudrillard berpendapat bahwa masyarakat masa kini lebih banyak didominasi oleh media baik untuk pemrosesan informasi, industri hiburan, maupun pengetahuan, dan sebagainya. Inilah sebabnya mengapa demam Hallyu dapat menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia dan dunia bahkan menjadi tren global. Persepsi serupa juga ditemukan di berbagai Negara yang menggandrungi Hallyu. Menurut Teori Gestalt, persepsi merupakan proses yang dilalui melalui pengorganisasian elemen-elemen tertentu yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi satu kesatuan. Pola kemiripan pemikiran dari penggemar ini menghubungkan persepsi yang timbul mengenai Hallyu menjadi satu kesatuan persepsi yang global. Sehingga tren budaya, penampilan atau kesukaan akan laki-laki atau perempuan seperti artis-artis Korea akhir-akhir ini mendunia, tidak hanya oleh penggemar Hallyu saja.
Persepsi-persepsi tersebut berubah menjadi persepsi global yang menyebabkan dampak globalisasi Hallyu semakin meningkat. Globalisasi mencakup semua bidang seperti proses perubahan sosial, arus informasi, aliran barang, jasa dan uang serta pertukaran budaya. Globalisasi akan membuat dunia atau beberapa aspek menjadi seragam sehingga dapat menyebabkan hilangnya jati diri bangsa, kebudayaan lokal dan identitas suatu daerah, karena arus budaya yang lebih besar yang merupakan budaya dan identitas global. Demikian pula dengan fenomena Hallyu dimana memiliki arus budaya yang kuat sehingga menjadi tren global dan juga memiliki dampak yang berpengaruh cukup besar terhadap jati diri budaya Indonesia. Identitas budaya Korea yang menjadi identitas global dapat menghilangkan identitas budaya lokal yang kita miliki. Pengaruh Hallyu, berarti kekuatan budaya yang dapat mempengaruhi pola hidup dan cara berfikir masyarakat diberbagai belahan dunia yang berhasil meningkatkan citra nasional Korea. Penyebaran pengaruh Hallyu bukan hanya meningkatkan peluang untuk melaksanakan pertukaran budaya, tetapi juga akan meningkatkan interaksi budaya antara Korea dengan berbagai bangsa di seluruh dunia. Pemerintah Korea sendiri memberi dukungan penuh terhadap penyebaran atau globalisasi pengaruh budaya Korea yang dianggap sangat bermanfaat untuk kepentingan nasional dan kepentingan seluruh rakyat.
Dukungan penuh pemerintah Korea terhadap penyebaran atau globalisasi Hallyu tersebut tidak hanya memperkuat eksistensi produksi lokal tapi juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme bagi daehaminguk (rakyat Korea). Berawal dari teori Ernest Renan (1882), nasionalisme merupakan merupakan semangat serta rasa kebangsaan yang seharusnya di miliki oleh setiap warga negara. Ditengah-tengah modernitas, bangsa Korea telah mengalami kemajuan cukup pesat, namun tidak meninggalkan akar tradisi. Jadi tradisi yang dipertahankan adalah orisinil tradisi milik mereka dan mereka tidak mau meninggalkan tradisi tersebut. Bagi masyarakat Korea, antara tradisi dan modernitas haruslah berjalan seimbang. Bangsa Korea bangga dengan tradisi yang mereka miliki. Mempertahankan tradisi serta menjaganya adalah bentuk nasionalisme yang tinggi, kuat dan utuh.
Tidak hanya menyukai industri hiburan, penggemar Hallyu pun lambat laun merambah menyukai budaya dan tradisi nasional Korea. Mereka tertarik sebab Korea memiliki karakteristik yang khas pada kebudayaannya. Tidak heran akhir-akhir ini marak diadakannya festival budaya Korea dengan frekuensi dua sampai lima kali setiap tahunnya di berbagai wilayah di Indonesia. Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang dapat memudarkan citra budaya bangsa Indonesia. Bertambahnya festival budaya luar negeri ini jika tidak diiringi dengan kegiatan serupa yang berhubungan dengan budaya lokal, dapat menyebabkan hilangnnya tradisi budaya yang kita miliki. Melihat kesuksesan bangsa Korea yang mampu mempertahankan budaya bangsa, kita pun dapat melakukan hal serupa ditengah-tengah era globalisasi Hallyu yang melanda negeri ini. Kita dapat menarik hikmah dan pelajaran dari keteguhan bangsa Korea ini dalam mempertahankan keutuhan budaya yang mereka miliki.
Banyak hal-hal positif yang dapat kita ambil dari bangsa Korea, mulai dari perkembangan teknologi, mempertahankan budaya nasional, memasarkan hasil industri, pun tak kenal lelah mendukung industri yang mereka hasilkan tersebut. Hal-hal semacam itulah yang mestinya patut ditiru. Sehingga semua orang bisa belajar tentang nasionalime tinggi ditengah arus modernisasi, dan juga belajar tentang etos kerja tinggi. Seperti bangsa Korea yang dalam kesehariannya menanamkan budaya kerja keras. Arus globalisasi Hallyu dapat kita redam dengan perisai-perisai budaya yang kita miliki. Perisai budaya yang dimaksud disini bukanlah untuk melawan globalisasi tersebut, karena pengaruh globalisasi sangat sulit untuk dihilangkan. Namun perisai budaya ini digunakan untuk melindungi dan meredam budaya Hallyu agar warisan budaya Indonesia yang kita miliki tetap stabil dan terjaga kelestariannya dalam arus globalisasi Hallyu yang mendunia. Menambah dan membangun perisai budaya Indonesia dapat kita lakukan dengan memperbanyak pelestarian peninggalan budaya dan bangga untuk memasarkannya ke kawasan global. Tentunya hal ini juga perlu mendapatkan peranan dan dukungan dari pemerintah. Seperti halnya bangsa Korea, dengan dukungan yang kuat dari pemerintah maka kelestarian dan nilai budaya yang kita miliki pun dapat dijaga dan dilestarikan.
As young generation of Indonesian people, we also can show our love to our country. We can support government in preserving Indonesian traditional precious thing like dances, instruments and traditional clothes, etc. It's not only about preserving the culture that already we have, but we also can show our love to Indonesia with loving the original creation from Indonesia for example musics, or we achieve a prize as a winner in international competition. We also can be an ambassador for Indonesia in international competition. We can show our nationalism. Lov e our own country musics which also express about nationalism.



These are the examples of Indonesian songs that shows nationalism:
Cokelat -> Bendera








Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com



Netral -> Garuda di Dadaku










Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com


Pee Wee Gaskins -> Dari Mata Sang Garuda










Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com
cr: Ahndesu

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58

Post a Comment